Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar orang menggunakan istilah "filsafat" untuk menjelaskan suatu hal atau konsep. Namun, sebagai seorang Muslim, sangat penting untuk berhati-hati dalam menggunakan istilah ini. Filsafat (dalam bahasa Arab, falasifa) sering kali dikaitkan dengan pemikiran orang-orang yang mengingkari adanya Tuhan. Filsafat, terutama yang dikembangkan oleh pemikir-pemikir Yunani kuno seperti Aristoteles, lebih banyak berbicara tentang pemikiran rasional yang tidak melibatkan keyakinan kepada Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu, filsafat yang ada dalam pemikiran mereka tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni.
Seorang mahasiswa duduk di meja belajar, menghadap buku-buku tentang filsafat ilmu pengetahuan, dengan ekspresi merenung, menggambarkan pemikiran kritis yang berbenturan dengan ajaran Islam.
Filsafat dalam konteks ini tidak hanya berbicara tentang pemikiran yang rasional, tetapi juga sering kali mengingkari Tuhan dan merujuk kepada dewa-dewa. Sebagai seorang Muslim, kita seharusnya menghindari kata "filsafat" karena tidak sesuai dengan keyakinan kita bahwa hanya Allah-lah yang Maha Kuasa dan Pencipta segala sesuatu. Banyak orang yang, meskipun menggunakan istilah filsafat dalam konteks ilmu pengetahuan, sebenarnya tidak menyadari bahwa akar dari filsafat itu sendiri bertentangan dengan prinsip dasar tauhid dalam Islam.
Misalnya, dalam dunia akademis, banyak sekali istilah "filsafat ilmu" yang digunakan untuk menjelaskan berbagai aspek dari pengetahuan manusia. Namun, perlu diketahui bahwa ini adalah pemahaman yang berasal dari pemikiran yang tidak sejalan dengan Islam. Sebagai umat Muslim, kita harus lebih memilih untuk menggunakan kata "hikmah" dalam konteks ilmu pengetahuan, bukan filsafat. Hikmah lebih mencerminkan kebijaksanaan yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadis, yang sejalan dengan ajaran Islam yang murni.
Filosofi yang sering kali dijadikan dasar dalam ilmu pengetahuan, seperti kausalitas atau hubungan sebab-akibat, juga banyak dikembangkan oleh para pemikir yang mengingkari eksistensi Tuhan. Dalam salah satu pengalaman pribadi saya saat kuliah, saya melihat bagaimana seorang dosen menjelaskan konsep sebab-akibat dalam konteks ilmu sosial. Menurutnya, jika ada lalat, maka pasti ada sampah. Namun, pemikiran ini mengabaikan peran Tuhan dalam menciptakan segala sesuatunya. Hal ini menunjukkan bahwa filsafat, meskipun terkadang tampak rasional, sering kali tidak mampu menjelaskan segala sesuatu dengan cara yang benar-benar sejalan dengan keyakinan kita sebagai Muslim.
Tantangan bagi umat Muslim adalah untuk memahami ilmu pengetahuan dengan cara yang benar, tanpa terjebak dalam pemikiran filsafat yang dapat menyesatkan. Salah satu hal yang sering saya temui adalah bagaimana pertanyaan "Kenapa?" selalu muncul ketika kita mencoba memahami takdir atau peraturan Tuhan. Misalnya, "Kenapa Allah menciptakan siang dan malam?" atau "Kenapa manusia diciptakan dalam keadaan lemah?" Pertanyaan-pertanyaan semacam ini sering kali dilontarkan oleh mereka yang terpengaruh oleh pemikiran filsafat atau ideologi liberal yang meragukan takdir dan kekuasaan Tuhan.
Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk menerima takdir Allah tanpa bertanya "kenapa" dengan cara yang menggugat. Semua yang ada di dunia ini sudah ditentukan oleh Allah, dan kita sebagai hamba hanya perlu menerima dan bersyukur. Sering kali, pemikiran filsafat yang tidak sesuai dengan ajaran agama dapat menyesatkan dan membuat kita meragukan kebenaran ajaran Islam yang sebenarnya sudah jelas dan sempurna.
Dalam dunia modern ini, banyak ajaran dan ideologi yang berkembang dengan menggunakan filsafat sebagai landasan, termasuk di dunia akademik. Namun, kita sebagai umat Muslim harus selalu ingat bahwa Al-Qur'an dan Hadis adalah pedoman utama dalam memahami dunia ini. Oleh karena itu, kita harus menghindari penggunaan istilah filsafat dalam memahami ilmu pengetahuan, dan lebih memilih untuk merujuk pada hikmah yang diajarkan dalam Islam.
Dalam kesimpulannya, filsafat adalah pemikiran yang berakar dari pemikiran rasional yang tidak sejalan dengan tauhid dan keyakinan kita sebagai umat Muslim. Sebagai umat Islam, kita harus berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Hadis, serta menghindari penggunaan istilah yang dapat mengarah pada pemikiran yang meragukan eksistensi Tuhan. Dengan demikian, kita akan dapat menjalani kehidupan ini dengan penuh keyakinan dan ketenangan, selalu mengingat bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah ciptaan Allah yang Maha Kuasa.
Komentar
Posting Komentar