Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Wahai manusia yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Bukan sekadar ucapan di lisan atau tulisan di status, tetapi ketakwaan yang dibuktikan dengan amal perbuatan, baik dalam jiwa, raga, maupun harta. Janganlah kita mati kecuali dalam keadaan Islam.
Bencana sebagai Peringatan Allah
Dalam beberapa bulan terakhir, berbagai bencana melanda negeri ini. Gempa di Lombok menghancurkan puluhan ribu rumah, membuat ribuan manusia hidup di dalam tenda. Belum pulih luka mereka, Allah mengirimkan gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Ribuan manusia tewas, rumah-rumah hancur, bahkan ada kampung yang hilang ditelan bumi. Lalu, gempa lain mengguncang Situbondo. Apakah semua ini sekadar fenomena alam? Atau ada makna lebih dalam yang harus kita renungkan?
Allah berfirman dalam Surah Al-Isra ayat 59:
"Dan tidaklah Kami mengirimkan tanda-tanda (bencana) melainkan untuk menakut-nakuti mereka.”
Allah mengingatkan kita agar kembali kepada-Nya. Bencana bukan sekadar peristiwa alam, tetapi teguran bagi kita agar meningkatkan ketakwaan dan meninggalkan kemaksiatan.
Maksiat sebagai Penyebab Bencana
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda bahwa di akhir zaman akan terjadi gempa bumi, tanah yang terbelah, dan manusia yang ditelan bumi. Para sahabat bertanya, “Kapan itu akan terjadi, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ketika penyanyi-penyanyi wanita dan musik merajalela di mana-mana.”
Hari ini, hiburan maksiat semakin dianggap biasa. Musik dan tarian menjadi tontonan utama. Banyak orang lebih memilih berjoget daripada mendirikan shalat. Apakah kita tidak sadar bahwa bumi bisa diguncangkan kapan saja? Palu telah hancur, Lombok luluh lantak. Apakah kita merasa aman?
Allah berfirman dalam Surah Al-A’raf ayat 94:
"Apakah penduduk negeri itu merasa aman dari datangnya azab Kami pada malam hari saat mereka tertidur? Atau merasa aman dari azab Kami di waktu Dhuha saat mereka sibuk dengan aktivitasnya?"
Jangan pernah merasa aman dari murka Allah. Tidak peduli seberapa kaya atau kuat kita, jika Allah menghendaki kehancuran, maka kehancuran itu pasti datang.
Mengapa Orang Shaleh Pun Bisa Terdampak?
Mungkin kita bertanya, “Bukankah masih banyak orang shaleh di negeri ini? Mengapa bencana tetap datang?” Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Jika kekejian sudah merajalela dan tidak dicegah, maka azab Allah akan menimpa semuanya, termasuk orang shaleh sekalipun.”
Di zaman Umar bin Khattab, ketika terjadi gempa di Madinah, beliau naik ke mimbar dan berkata, "Jika gempa ini terjadi lagi, aku akan meninggalkan kalian!" Umar tahu bahwa bencana terjadi karena dosa-dosa manusia.
Kita tidak lebih mulia dari saudara-saudara kita di Lombok dan Palu. Jangan berpikir bahwa kita aman. Bisa jadi gempa akan mendekat ke daerah kita. Jika kita tidak ingin mengalami nasib serupa, maka tugas kita adalah mencegah kemaksiatan dan memperbanyak istighfar.
Kembali kepada Allah: Kunci Keselamatan
Allah berfirman dalam Surah Al-Maidah ayat 23:
"Dan hanya kepada Allah kalian harus bertawakal, jika kalian benar-benar orang yang beriman."
Kunci keselamatan bukanlah asuransi atau teknologi canggih, tetapi kembali kepada Allah. Meninggalkan dosa, memperbaiki ibadah, dan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Nabi Nuh Alaihissalam berkata kepada kaumnya:
"Mohonlah ampun kepada Tuhan kalian, sesungguhnya Dia Maha Pengampun.”
Jika kita kembali kepada Allah, maka bencana dapat dihindari. Allah berjanji dalam Surah Al-A’raf ayat 96:
"Andaikata penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, Kami akan bukakan pintu berkah dari langit dan bumi."
Namun, jika kita terus dalam kelalaian, maka azab bisa datang kapan saja. Maka jangan biarkan diri kita lengah. Saatnya untuk berubah sebelum terlambat.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, lindungilah negeri ini, dan bimbinglah kami agar selalu berada di jalan-Mu. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar